Menggenggam Matahari
Oleh: M. Fahmi
Sekerdil (ini)/itu kah,
idealisme (kita)/mu?
Apa kau kira aku akan
-begitu saja-
menyerahkan matahari
dan lalu terbakar
oleh gincu, bedak, celak, paras,
pakaian, sampai semerbak aroma tubuhmu?
Rupanya (kita)/kau masih belum
benar-benar mengenal matahari,
meski telah sedemikian lama
kita saling mengenal.
Mengapa begitu ceroboh
meludahi matahari?
"Dengar, kita sudah hampir sampai
di penghujung waktu pura-pura. Tak ada salahnya
jika memperbaiki diri," bisikmu suatu ketika
"Memperbaiki diri?" ulangku
seraya mengernyitkan dahi.
"Kurasa, kita perlu lebih banyak belajar lagi
pada segala yang ditawarkan matahari," rayuku kemudian.
Tapi engkau seperti tak percaya.
Dan engkau semakin menjadi dirimu.
Sementara aku, (semoga) tetap menjadi diriku.
Malang, 14/04/2017.