Pada dasarnya, setiap manusia menyukai keindahan. Nada dan segala bunyi alam itu sesungguhnya adalah nyanyian yang dihasilkan dari lika-liku perjalanan kehidupan. Karena hidup merupakan pemberian yang begitu berharga, kita menangis bersyukur sepuas-puasnya. Selamat pagi. Selamat menjalankan aktivitas. Selamat menunaikan ibadah apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, semisal rindu.

Kangen ngaji Maiyah bareng Mbah Nun.. ;(



Setiap kali mendengarkan lagu kebangsaan Maiyah di bawah ini, saya selalu dibuat meleleh..








Majelis Iqro
Oleh: M. Fahmi

Satu. Membaca perasaan alam.


Kenapa orang-orang masih belum kunjung juga mengerti bahasa yang disampaikan alam. Isyarat bahwa alam sudah sedemikian muak dengan tingkah laku manusia-manusia di muka bumi yang terlampau jauh dari rel kebenaran. Bahasa yang baru saja disampaikan alam kepada penduduk di pulau Lombok, Sulawesi, Situbondo, Bali, dan masih banyak lagi.

Jangan anggap bahwa ini hanyalah kejadian alam biasa. Lihatlah bagaimana alam dengan tidak main-main telah menghancurkan umat-umat nabi terdahulu. Bagaimana air laut telah menenggelamkan Fir’aun beserta ribuan bala tentaranya di Laut Merah. Perihal umat nabi Luth yang seluruh kotanya diangkat ke langit kemudian dijatuhkan ke bumi dengan begitu dahsyatnya. Tentang banjir besar yang menenggelamkan umat nabi Nuh, termasuk anak dan istrinya. Tentang angin dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga didatangkan pasir yang menimbun dan membinasakan umat nabi Hud. Perihal hawa panas yang teramat sangat hingga melenyapkan umat nabi Syu’aib. Tentang hancurnya negeri Anthakiyah  terkena suara yang sangat keras. Perihal jebolnya bendungan besar Ma’arib hingga air bah yang menenggelamkan kaum Saba. Atau tentang seluruh penduduk kota Eliah yang dilaknat hingga semua manusianya menjadi kera. Dan masih banyak lagi peristiwa alam yang tak tersebutkan.

Manusia-manusia harusnya mengerti, mengapa alam menggeliat, menampakkan kekuatannya. Tentu semua itu terjadi bukan karena tanpa sebab. Lihatlah upaya nabi Nuh yang berdakwah selama sembilan ratus tahun, namun yang beriman hanya 80 orang. Kaumnya, termasuk anak dan istrinya telah mendustakan dan mengolok-olok Nabi Nuh. Tentang kaum ‘Ad yang mendustakan kenabian nabi Hud. Kaum Tsamud yang mendustakan nabi Sholeh. Umat nabi Luth yang melakukan perbuatan menyimpang (homoseksual dan lesbian) serta tidak mau bertaubat. Kaum Madyan (umat nabi Syu’aib) yang suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Penduduk Aikah yang menyembah sebidang padang tanah dengan pepohonan yang rimbun. Bani Israil yang keras kepala dan mendustakan nabi Musa dan nabi Harun, juga Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan. Golongan Ashab Al-Sabt yang fasik dan melanggar perintah Allah. Kaum Ashab Al-Rass yang menyembah patung berhala dan membunuh dan membuang utusan Allah ke dalam sumur. Kaum Ashab Al-Ukhdudd yang menceburkan orang-orang yang beriman ke dalam parit yang telah dibakar. Kaum Ashab Al-Qaryah yang  mendustakan rasul Allah. Kaum Tubba’ yang melampaui batas dan ingkar kepada raja yang beriman. Kaum Saba yang tidak menghiraukan peringatan nabi Sulaiman. Dan sebagaimana yang lain.

Saya kira dengan kita mau membuka lagi kitab-kitab yang bermuatan sejarah, maka kita akan mengerti, mengapa alam mengambil keputusan untuk melenyapkan manusia-manusia. Umat nabi Muhammad merupakan umat yang sangat istimewa, di mana azab tidak ditampakkan secara langsung kepada seseorang yang berdosa sebagaimana umat nabi-nabi terdahulu. Di antara hikmahnya adalah agar umat nabi Muhammad bisa bertaubat sebelum meninggal. Namun di zaman sekarang, sudah banyak manusia yang melampaui batas, hingga kita bisa menyaksikan alam-alam yang mulai menggeliat. Hari yang pasti itu sudah akan sedemikian dekat, sementara manusia-manusia semakin rusak.

Dua. Membaca diri.


Hal yang paling penting dalam kehidupan sesungguhnya adalah menemukan hakikat diri. Siapa sesungguhnya saya. Untuk poin yang ini mungkin kalian bisa membaca selengkapnya di sini. Hehe.

Tiga. Membaca proses.


Ada banyak hal yang ingin kuceritakan di poin ini. Mulai dari pengalaman pertama kali bekerja, juga pengalaman pertama kali kos. Sesuatu yang sangat berbeda kurasakan.

Saya sebenarnya tidak begitu yakin mengambil perusahaan ini sebagai awal dari karier saya. Tapi mau bagaimana lagi, daripada tidak ngapa-ngapain, lebih baik mencari pengalaman kerja. Dan di sinilah saya melihat semuanya.

Flashback.

Sebelum bekerja di perusahaan ini, saya sudah mengirim sekitar dua puluh lamaran ke berbagai instansi dan perusahaan. Tapi tak ada kabar sama sekali dari instansi dan perusahaan itu. Baru ketika satu ahad setelah wisuda, saya pertama kali dihubungi oleh suatu perusahaan agar datang ke perusahaan untuk melakukan wawancara. Betapa senangnya saya waktu itu. Namun senang saya mendadak hilang setelah pulang dari wawancara. Saya dijelaskan mengenai jobdis bekerja sebagai quality control. Setiap hari survei di lapangan. Ada target yang harus dicapai per bulannya. Sedang saya adalah tipe orang yang tidak bisa bekerja di bawah tekanan. Pun saya belum hafal betul, daerah-daerah di Tuban dan sekitarnya. Tapi pada waktu itu, saya diberi pilihan untuk menjadi credit admin, yang tugasnya adalah input map, cek blacklist, membuat logbook, dan lain sebagainya. Pokoknya tugasnya itu seharian malai dari pukul delapan pagi sampai pukul delapan belas, bekerja di depan Pc. Saya sempat berpikir, mata saya mungkin akan cepat merasakan lelah. Saya diberi dua pilihan itu dan disuruh memberi keputusan besok setelah berdiskusi dengan orang tua. Saya sempat ragu, saya pikir-pikir kembali, berdiskusi dengan orang tua, dan akhirnya hari berikutnya saya memberikan keputusan. Keputusan yang akhirnya membuat saya harus mengikuti training sebagai credit admin.

Baru satu bulan setelah bekerja di sana, perusahaan dan instansi yang pernah saya kirim lamaran itu memanggil saya. Ada yang dari Malang, Jakarta, Surabaya, dan lain sebagainya. Tapi semua undangan itu saya tolak. La wong bekerja di sini saja masih belum benar-benar matang dan memahami. Saya pikir lebih baik mematangkan, menyelami, memahami celah kekuatan-kelemahan, baik-buruknya dulu di perusahaan ini, baru setelah itu bisa resign. Karier memang harus dimulai dari tangga bawah, untuk kemudian bisa sampai ke tangga yang tinggi.

Saya merupakan pekerja outsourcing dari perusahaan yang bekerja sama dengan vendor SJS. Pekerja outsourcing wajib menandatangani kontrak bekerja selama minimal enam bulan. Ya, sudahlah. Hitung-hitung juga belajar dulu. Enam bulan saya pikir cukup. Sebenarnya ada program khusus yang lebih menarik untuk orang-orang lulusan S1 jurusan tertentu, yaitu program MT (Management Trainee) di perusahaan pusat Jakarta sana. MT itu semacam sekolah, training, atau kuliah, sampai benar-benar matang untuk bisa dijadikan pimpinan divisi di cabang tertentu. Kalau ikut program MT paling sekitar tiga bulan, baru kemudian bisa jadi Head, dan bersedia ditempatkan di cabang di seluruh wilayah Indonesia. Pun juga harus menandatangani kontrak Head selama minimal dua tahun. Posisi Head tentu berbeda dengan posisi surveyor, marketing, karyawan, admin, dan lain sebagainya. Gajinya bisa empat kali lipat dari karyawan biasa. Namun itu jika lulus dari program MT. Makanya dari itu, lebih baik saya belajar di sini dulu, baru nanti kalau memang dikehendaki, bisa ikut program MT.

Empat. Membaca manusia-manusia.


Ternyata, tidak semua baik-baik saja. Ada celah yang ingin saya ceritakan dari perusahaan ini. Dan sampai saat ini, saya masih begitu ragu. Perihal apakah sampai nanti saya akan hidup dan menghidupi dari perusahaan ini. Ternyata, hampir sebagaimana sistem bank-bank di Indonesia. Perusahaan ini mendapatkan profit dari bunga dan denda pada setiap angsuran konsumen. Tapi orang-orang di perusahaan ini tidak pernah mau menyebutnya sebagai bunga. Mereka lebih bijak menyebutnya sebagai margin. Padahal bunga dan margin sudah jelas berbeda. Margin dipakai untuk usaha perdagangan. Sedang bunga kan tidak ada hubungannya dengan perdagangan. Semua ulama sepakat, kalau riba itu haram. Namun mereka berbeda pendapat perihal bunga bank, ada yang menyebutnya sebagai riba, ada yang menyebutnya bukan riba, karena mungkin, di zaman sekarang, orang tak akan pernah bisa terlepas dari bunga, sebab setiap orang menggunakan uang untuk berbelanja. Riba yang sudah benar-benar jelas adalah meminjam uang kepada seseorang dengan ketentuan mengembalikan uang lebih. Sehingga menurut hemat saya bahwa warna bunga masih abu-abu, alias tidak jelas. Dan alangkah lebih baik mengikuti pendapat ulama yang hati-hati. Membersihkannya dengan sedekah dan juga salat Dhuha.

Saya mengakui, orang-orang yang sudah lama di perusahaan ini sangat cerdas-cerdas. Mereka bisa menghitung di luar kepala. Bicaranya luar biasa. Saya pun masih belum bisa menangkap dengan baik setiap apa yang disampaikan oleh mereka. Namun, orang-orang di perusahaan ini kebanyakan mereka orang sibuk. Mempertaruhkan seluruh waktunya demi target dan dateline. Hingga habis waktu salat, mereka tak juga beranjak dari Pc untuk memenuhi salat. Padahal beragama Islam. Hanya orang-orang tertentu yang masih menjaga dengan baik salatnya. Kenapa orang-orang seperti ini. Apa sesungguhnya yang mereka kejar dan cari. Dunia, bukan akhirat.

***

Dulu, ketika saya masih belajar di sekolah atau di kampus, saya bertempat tinggal di pesantren. Di sana banyak saya jumpai orang-orang yang baik. Ada pengasuh yang setiap pagi selalu memberi mutiara hikmah. Ustaz-ustaz yang senantiasa membagikan ilmunya. Dan teman-teman yang selalu mengingatkan.

Dan kini, saya sudah tidak lagi di tempat yang senantiasa menjanjikan kedamaian itu. Hidup di kos, sungguh terasa hampa, tanpa cahaya. Saya seperti kehilangan sesuatu yang saya rindukan.

Saya tidak mengetahui. Di gerbang depan, hanya bertuliskan, “Terima Kos.” Saya benar-benar tidak mengerti. Baru setelah dua-tiga hari, la kok ada perempuannya. Waduh, ternyata ini kos bukan cuma untuk putra saja. Ya sudahlah. Namanya juga terlanjur. Orang-orang di kos ternyata juga seperti itu. Kebanyakan mereka bergadang sampai malam di beranda, cowok-cewek pula. Aku tak pernah peduli karena begitu pulang dari kantor, waktuku hanya cukup untuk salat dan makan, setelah itu aku sudah hilang ditelan ngantuk. Aku sudah terbiasa tidur pukul delapan malam, hehe. Namun, hal yang paling membuat saya geregetan adalah, dari sekian tiga puluhan penghuni kos, hanya dua-tiga yang bangun pagi untuk kemudian berangkat ke Masjid terdekat. Sisanya, mereka bangun rata-rata pukul tujuh untuk kemudian berangkat mandi. Kebetulan tiga per empat penghuni kos adalah mereka yang memilih kamar mandi luar. Jadi begitu pagi pintu kamar kubuka, lingkungan kos terasa begitu sepi sebelum akhirnya mereka terlihat setelah matahari bersinar begitu terang. Rata-rata penghuni kos juga adalah pekerja, ada yang pedagang, pegawai, wiraswasta, dan lain sebagainya. Saya juga melihat, perempuan-perempuan itu berangkat bekerja, sama seperti saya jam delapan pagi. Perempuan-perempuan itu juga semua memakai kerudung ketika berangkat, tapi tidak ketika di kos. Namun ke mana mereka waktu pagi. Kalaupun karena uzur, kenapa setiap hari. Apakah kerudung hanya sebagai pemanis saja, seperti kata-katamu.

Kenapa orang-orang seperti ini. Sungguh, orang-orang baik itu ternyata sangat sedikit sekali kutemukan di sini. Aku sangat merindukan suasana di pesantren. Ternyata tidak semua orang yang berkerudung itu salehah. Itu namanya munafik, berwajah penipu. Tidak bisa kita menilai seseorang baik dari pakaian yang menutup aurat saja. Yang pakai kerudung saja begitu, apalagi yang tidak. Itulah sebabnya, aku harus lebih selektif kini. Bocah e apik tenan opo ora. Salat opo ora. Iso diajak apik opo ora. Kepiye mene ngajari anak. Sebab jika tidak bisa diajak ke jalan yang hakiki, aku sendiri yang akan merugi, sebab kelak terseret olehnya ke dalam jurang yang paling curam. Sungguh, aku, mencintai orang-orang yang berwajah cahaya, yang berhati jujur. Sekian.

Semanding, 21.10.2018
#Ahad Koma Berkarya
Mukhammad Fahmi.

Sudahlah; Semacam Satire.

Sudahlah. Kan sudah berkali-kali aku katakan, berjuang itu tidak enak. Kamu sih tidak gampang percaya. Lebih enak itu melakukan yang pasti-pasti saja. Perjuanganmu itu butuh waktu lama, keburu kamu tua dan hasilmu pun tak seberapa.

Kamu kok ngeyel sih, mau nulis puisi perjuangan, artikel kebenaran, atau cerpen perlawanan. Percuma! Lebih asyik ngopi, jalan-jalan, atau tiduran di kamar. Kalau kamu nulis soal rakyat, terus isinya cuma kemiskinan dan kemelaratan. Buat apa! Toh keadaan memang begini adanya.

Atau kamu mau belajar membaur dengan masyarakat. Halah, buat apa. Lebih nikmat makan-makan dan ikut seminar motivasi penambah harta. Pokoknya kita fokus cari duit yang banyak saja. Masyarakat nanti pasti akan ikut kamu kalau kamu punya banyak duit dan membagi-bagikannya.

Apa? Kamu mau golput? Haha. Basi! Ayo memilih saja. Toh kamu nanti akan dikasih posisi yang enak dan duit yang bisa membuatmu tidur nyenyak. Memangnya sistem politik sebusuk itu. Tidak kan? Bukankah partai-partai itu memang berjuang untuk rakyat? Tidak hanya mencari duit dari modal-modal yang membuatnya bisa berdiri kokoh memegang daulat.

Oh, soal pertemanan. Kan aku dulu juga sudah bilang. Berteman itu sama yang penting dan kalau ada butuhnya sajalah. Jangan berteman dengan yang susah, nanti kamu ikut susah. Lebih baik tunggu saja temanmu yang sedang berjuang sekeras tenaga itu. Nanti kalau berhasil, temani dia. Kalau tidak, tinggalkan saja. Tidak usah kau tanya kabarnya dan dia sedang butuh bantuan apa. Karena nanti kalau dia cerita, hanya tambah menyusahkan kita saja.

Oh. Dia mengkhianati janji. Kan wajar. Kita harus saling mengkhianati. Buat apa jujur dan komitmen, nanti kita malah rugi dan hancur. Dunia semakin kejam, kita pun harus bersikap demikian.

Lalu temanmu pergi satu persatu. Ya pasti lah. Kan kamu semakin tidak memanjakan mereka. Dan mereka juga malas menemani perjuanganmu yang penuh resiko dan ketidaknyamanan itu. Kamu itu loh bisa terkenal. Terima saja tawaran pemodal-pemodal kaya itu. Buat apa menghabiskan waktu untuk mengajak teman-teman terdekatmu mandiri dan berdiri di kaki sendiri.

Kamu juga sudah sering ngasih kepercayaan kan, tapi mereka mengabaikannya. Lalu kamu tidak capek untuk kembali mengajak mereka. Mestinya kamu menyerah, buat apa coba. Mending kamu ngurusin diri sendiri saja, jadi penjilat atau penggunjing sana-sini. Mungkin itu bisa sangat menyenangkan hati.

Tapi kamu masih ngotot berjuang. Kamu kok nggak sadar-sadar sih. Kamu itu nggak punya apa-apa. Buat apa belajar bersama mereka tentang kelas pokok negeri kita, buruh, dan petani. Lalu kamu juga bilang bahwa kelas menengah, seperti mahasiswa dan pegawai mudah terombang ambing dan terjebak tipu daya. Dan kamu juga nyerocos tentang pentingnya menghargai mogok kerja buruh dan usaha petani mempertahankan lahan. Halah! Mending belajar cara cepat hidup kaya. Bukankah kalau kita kaya semua urusan bisa berjalan lancar dan sejahtera.

Dan lagi. Jangan banyak baca buku. Capek! Tau nggak. Lebih enak nonton video atau sinetron. Lebih enak lagi sambil main game online yang bisa menghasilkan uang berjuta-juta. Buku itu cuma trend masa lalu. Sekarang zaman sudah berubah. Kita tidak boleh menyerah dan kalah. Kita harusnya bersaing sampai tidak terasing, katanya mau melawan asing.

Jadi kamu tidak kehilangan niat? Masih mau berjuang? Kamu beneran mau hidup susah? Kamu sih sok ngomong proses itu penting. Berkesenian lah memperjuangkan pendidikan lah. Beragama lah. Menjaga lingkungan lah. Kamu loh tidak dapat keuntungan materi kan. Yang ada kamu malah rugi waktu dan tenaga.

Baiklah. Kalau kamu tetap mau seperti itu. Aku peringatkan sekali lagi ya. Nanti bisa jadi tidak akan ada seseorang yang mendampingimu. Hidupmu terlalu jauh dari gemilang harta. Mungkin kamu akan punya banyak pengalaman dan karya. Tapi buat apa! Kamu tidak akan mengisi rutinitasmu dengan hotel mewah dan restoran cepat saji. Kamu akan tua dan melihat temanmu yang berkhianat itu nyerocos di layar televisi. Kamu mungkin cukup bahagia dengan satu istri, rokok kretekmu dan kopi, tapi bagiku itu kurang. Kamu mestinya punya banyak istri, banyak selingkuhan, dan banyak istri simpanan. Sehingga duniamu benar-benar menakjubkan.

Sudahlah. Aku capek menasehati kamu. Kalau kamu berubah pikiran. Bilang ya.

Niscaya aku, kekayaan, dunia, dan kesenangan yang penuh kepalsuan dan kebohongan ini siap untuk menyambutmu.

Sang Pecinta
Oleh: M. Fahmi


Di dalam jantung sang pencinta
Hanya ada debar-riuh wirid-wirid
Yang mendamaikan jiwanya

Di dalam nafas sang pencinta
Hanya ada hembusan nama
Yang membelai sukmanya

Di dalam penglihatan sang pencinta
Hanya ada wajah kekasih
Yang membuatnya buta akan segala semua

Di dalam hati sang pencinta
Hanya ada sebatang seruling tauhid
Yang menyanyikan nada kerinduan

Orang-orang mengira ia telah gila

Itu karena jantung mereka
Tak mampu menjadi rumah
Yang membuatnya selalu bisa
Merasa pulang di sana

Itu karena paru-paru mereka
Tak mampu menghirup aroma keberadaannya
Yang membuatnya terbuai

Itu karena mata mereka
Tak mampu melihat keindahan kekasih
Yang membuatnya meleleh

Itu karena hati mereka
Tak mampu mendengar irama ilahi
Yang membuatnya menari

Para pencinta itu
Tak akan letih-letihnya
Mencintai kekasihnya
Sebab cinta ialah amal paling tinggi
Sekalipun dengan itu menjadikannya
Terasingkan dari kehidupan
Sebab melihat realita semakin menjauhkan
Dari inti pencariannya

Pada puncak keterasingan
Dari segala semua itulah
Rindunya terpuaskan

Malang. Diketik dengan hape.
Minggu ke empat, Maret, 2018.
#AhadKomaBerkarya

Kudengar sayup-sayup suara
Yang turun sangat perlahan
Yang hinggap di bulu-bulu telingaku
"Ujian itu untuk meninggikan derajat
Tak ada yang lebih berat daripada
Ujian yang diberikan para nabi,
Orang-orang baik selalu mendapat ujian
Jika yang sebaliknya akan mendapat istidroj,"

Dalam tempat sunyi paling sunyi
Aku seperti tak punya teman
Dan aku seperti ditampar berkali-kali
"Begitulah, manusia datang ke bumi
dalam keadaan sendiri, dan akan kembali
Dalam keadaan sendiri pula,
Kembalilah kepada-Nya
Dengan selamat
Lihat, lumpur-lumpur dosa itu
Masih menjuluri tubuhmu
Tak malukah engkau
Menghadap Tuhan
dengan wajah munafik
Istighfarlah
Istighfar adalah pelukan lembut cinta-Nya
Yang telah lama hilang
Sakit adalah cara-Nya
Untuk membersihkan tubuhmu
Dari lumpur-lumpur dosa
Insya Allah.."

Tuban, 11 Maret 2018.
#MingguanKoma


Di Rahim Asap
Oleh: M. Fahmi

Gejolak api tak tertahankan
Membumbungkan asap-asap hitam nan tebal
Sungguh, teramat sulit tuk menyibak
Kaburkan kebeningan cuaca
Keruhkan penglihatan diri

Sebab isi hati tak selalu sama
Pemikiran pun kadang berbeda
Manusia-manusia bergerak dinamis
Diterpa musim-cuaca tak tentu

Aku teramat asing
Berjalan menelusuri jalan yang sulit kukenal
Melewati persimpangan demi persimpangan yang membingungkan
Menyusuri lorong demi lorong berasap
Sendiri, tanpa pelita
Kemandirian teruji

Asap begitu pekat
Aku kehabisan udara, aku terhempas

Bilakah bisa kupinta angin? Agar kusibak asap-asap itu
Bilakah bisa kupinta hujan? Agar kuredam gemuruh api
Bilakah bisa kupinta cahaya? Lalu menyimpannya
Agar terang segala semua
Bilakah bisa kutemukan pijakan kaki? Dan berjalan tenang di atasnya

Mengapa asap tak pernah lelah
Mengusik ketenangan hamba
Yang mencoba berlabuh
Ke dermaga impian

Hanya dengan kekuatan hati juga iman
Angin kan menyibak asap
Hanya dengan kepekaan pikiran yang jernih lagi jeli
Hujan kan melenyapkan api
Hanya dengan ketajaman penglihatan
Cahaya kan mengusir segala keruh kabur
Hanya dengan kembali
Kutemukan pijakan kaki

Malang, Februari 2018.

Aku ingin mengutarakanmu sebait pernyataan
Dengan segala pengakuan,
sendumu meleleh
Tetapi aku sedang tak bisa
Suaraku mendadak habis,
sukar mengeja namamu

Aku ingin membuatkanmu secarik surat
Bersama kalimatnya,
hatimu terhujani
Tapi lagi-lagi aku tak bisa
Tanganku lunglai,
sulit gerakkan pena

Aku ingin menggambarkanmu segores lukisan
Yang dengan melihatnya,
jiwamu menyiluet
Tapi apa daya
Catku membatu,
lama tak tersentuh

Aku ingin menyanyikanmu sebuah lagu
Yang dengan seruling,
iramaku belai kalbumu
Tetapi aku tak kuasa,
benar-benar tak kuasa
Tiupanku melemah,
tak buahkan nada

Aku ingin mengetukmu dengan segala
Namun mau bagaimana
Dengan melangkah pun,
aku rapuh
Aku rapuh

Mungkin Tuhan belum memperkenankanku,
Belum mengizinkanku
Mengungkapkan segala semua
Yang menyesakkan dada

Malang, April 2018.
Ahad Koma Berkarya



Angin berhembus begitu mesra
Membelai jiwa-jiwa yang sunyi
Sedang kita sama duduk di antara panorama
Yang setiap pandangnya mendebarkan kesahduan
Dan kita tak akan melewatkan setiap pesona
Alam dan segalanya
Ada yang selalu meleleh
Dari gemuruh waktu dan degup masa
Betapapun, kita tak akan pernah selesai
Membaca keindahan
Langit tampak sangat dekat
Sedang hamparan sawah
Begitu menawan
Menggurat garis kotak-kotak hijau
Mobil-mobil terlihat kecil
Bergerak seperti iring-iringan semut
Dan kita seperti jadi raja di atas awan
Aku raja, engkau ratunya
Sambil bercakap banyak hal
Kita menyimpan baik-baik segala dalam penghayatan
Dan membahasakan setiap keindahan
Matahari hampir tenggelam
Senja bergelantungan dengan jelas
Berayun-ayun
Terpecah-pecah
Lalu gugur perlahan
Seperti gugurnya daun-daun yang kemilau
Seperti gugurnya salju-salju emas
Menyentuh tanah
Mendadak menjelma ribuan kunang-kunang
Lalu terbang menerangi langit
yang mulai petang
Kita pun tersenyum
Terkagum-kagum
Betapa indahnya segala ciptaan

Rengel, 18.03.2018.
*)Pegunungan Kapur Utara.
#Ahad Koma Berkarya
 





Ajari ia menggunakan pena. Akan dituliskannya gemericik air, udara dingin, kabut senja, sampai daun gugur.

Musim gugur mempunyai kemampuan menghipnotis manusia untuk meresonansi ingatan masa lalu. Tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuan hanya bisa menyimpulkan; di dalam musim gugur ada nada yang hanya bisa di dengar oleh mereka yang merindu.

Tahukah kau, di mana kerinduan itu berada? Kau akan mengetahuinya, jika pada pagi hari jatuh beribu-ribu mahkota bunga berwarna kuning keemasan dari pohon-pohon di sepanjang jalan satu arah yang membelah jantung kabupaten Tuban. Ya, di jalan Basuki Rahmat yang setiap pagi dilewati dan dipelajarinya. Entah apa nama bunga dan pohon-pohon itu. Para petugas kebersihan pun sampai kualahan membersihkannya setiap pagi. Konon di jalan ini, malaikat penebar rahmat sedang memeluk bumi wali ini penuh kasih dengan kemilau sayapnya yang luas itu dari atas sana, hingga beribu-ribu kepingan lembut berwarna kuning berguguran setelah sayap itu dikibaskan perlahan. Membuat permukaan tanah menjadi kuning. Mungkin kau kira, ia adalah laki-laki pembual yang kata-katanya tak pernah bisa dipercaya. Terserah apa katamu. Peristiwa semacam ini, hanya bisa disaksikan oleh mereka yang rindu.

Dan ketika gerimis mahkota bunga itu terasa hingga ke bulu-bulu matanya, ada yang meleleh dari sendu seorang laki-laki yang biasa itu. Saat itulah ia seperti dapat melihat surga dari bawah langit ketika sayap malaikat itu berkibas. Sungguh indah, bentuknya menyerupai istana megah dengan cahaya keemasan. Ada yang tiba-tiba berdenyut dalam dirinya. Mengajaknya membaca setiap gerak peristiwa yang terjadi. Melodi yang dinyanyikan ribuan mahkota bunga itu, menembus dinding-dinding jiwanya yang begitu damai. Sedang matahari memaksanya untuk menciptakan cahaya demi cahaya.

Sampai saat ini, kenangan itu tetap saja bermusim gugur dalam ingatannya, meskipun terkadang hatinya terasa diterpa dingin salju ketika mengingatnya. Ingin diraba lagi satu nama, yang pernah ada di dalam hatinya.

Tanah kelahiran, 30.09.18.
Ahad Koma Berkarya.
Mukhammad Fahmi.


Ada,

Ada, orang-orang yang ingin berkuasa, dengan menikam yang lain, tapi dirinya sendiri yang terbunuh

Ada, orang-orang yang ingin viral, dengan mengunggah adegan konyol dan juga hoaks, tapi sama sekali tidak lucu

Ada, orang-orang yang ingin banyak penggemar, dengan mengupload foto-foto centil, tapi ia menjadi sibuk dengan "aku"nya

Ada, orang-orang yang ingin disebut aktivis, dengan sikap kritis dan idealis, tapi ia sendiri yang menanggung malu

Ada, orang-orang yang ingin dianggap penyair, dengan berpuisi di jalan-jalan, tapi jiwanya sendiri masih sakit

Ada, orang-orang yang ingin disebut budayawan, dengan menggunakan pakaian dan aksesoris yang nyentrik, tapi ia masih gila pengakuan

Ada, orang-orang yang ingin mendapatkan uang, dengan mengorbankan martabat dan harga diri

Ada, orang-orang yang ingin dipanggil profesor, dengan sekolah setinggi mungkin, tapi menghitung jumlah sisa umurnya saja ia tak bisa

Ada, orang-orang yang ingin menasehati, dengan membuat status-status rohani, tapi pribadinya roh halus

Ada, orang-orang yang ingin meluruskan jalan, tapi ia sendiri yang berbelok-belok

Ada, orang-orang yang ingin membukakan mata, tapi ia sendiri yang kabur penglihatannya

Ada, orang-orang yang ingin mengikuti sunah, dengan menyalahkan yang lain dan menganggap diri paling suci, tapi bau busuknya sendiri yang tercium

Ada, orang-orang yang ingin dianggap saleh, dengan membalut tubuhnya dengan jubah ke mana saja ia pergi, tapi tidak seinchi pun kain yang dapat menutupi jiwanya yang rapuh

Ada, orang-orang yang ingin menutup aurat, dengan menggunakan berbagai jenis dan merk cadar

Ada, orang-orang yang ingin hijrah, tapi tak pernah lupa selfie dan diberitakan

Ada, orang-orang yang sangat luar biasa, tapi mungkin tidak bagi penduduk langit

Ada, orang-orang yang ingin sendiri, tapi ia tak pernah bisa menyelami makna kesunyian

Ada, orang-orang yang rindu, tapi hanya dalam hitungan waktu

Ada, orang-orang yang saling cinta, tapi hanya dalam status

Ada yang bilang, kalau status di media maya itu, sembilan puluh persen hanya citra

Ada, orang-orang yang benci, tapi sesungguhnya karena cinta

Ada, orang-orang yang berprasangka, tapi salah dalam kenyataannya

Ada.. ada.. ada.. manusia-manusia yang terlupa dengan niat dan tujuannya, dan akhirnya kehilangan arah

Semoga setiap niat kita tidak keliru, termasuk dalam menulis tulisan ini.. Hehe

Rengel, 07.10.18.