Ajari ia menggunakan pena. Akan dituliskannya gemericik air, udara dingin, kabut senja, sampai daun gugur.
Musim gugur mempunyai kemampuan menghipnotis manusia untuk meresonansi ingatan masa lalu. Tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuan hanya bisa menyimpulkan; di dalam musim gugur ada nada yang hanya bisa di dengar oleh mereka yang merindu.
Tahukah kau, di mana kerinduan itu berada? Kau akan mengetahuinya, jika pada pagi hari jatuh beribu-ribu mahkota bunga berwarna kuning keemasan dari pohon-pohon di sepanjang jalan satu arah yang membelah jantung kabupaten Tuban. Ya, di jalan Basuki Rahmat yang setiap pagi dilewati dan dipelajarinya. Entah apa nama bunga dan pohon-pohon itu. Para petugas kebersihan pun sampai kualahan membersihkannya setiap pagi. Konon di jalan ini, malaikat penebar rahmat sedang memeluk bumi wali ini penuh kasih dengan kemilau sayapnya yang luas itu dari atas sana, hingga beribu-ribu kepingan lembut berwarna kuning berguguran setelah sayap itu dikibaskan perlahan. Membuat permukaan tanah menjadi kuning. Mungkin kau kira, ia adalah laki-laki pembual yang kata-katanya tak pernah bisa dipercaya. Terserah apa katamu. Peristiwa semacam ini, hanya bisa disaksikan oleh mereka yang rindu.
Dan ketika gerimis mahkota bunga itu terasa hingga ke bulu-bulu matanya, ada yang meleleh dari sendu seorang laki-laki yang biasa itu. Saat itulah ia seperti dapat melihat surga dari bawah langit ketika sayap malaikat itu berkibas. Sungguh indah, bentuknya menyerupai istana megah dengan cahaya keemasan. Ada yang tiba-tiba berdenyut dalam dirinya. Mengajaknya membaca setiap gerak peristiwa yang terjadi. Melodi yang dinyanyikan ribuan mahkota bunga itu, menembus dinding-dinding jiwanya yang begitu damai. Sedang matahari memaksanya untuk menciptakan cahaya demi cahaya.
Sampai saat ini, kenangan itu tetap saja bermusim gugur dalam ingatannya, meskipun terkadang hatinya terasa diterpa dingin salju ketika mengingatnya. Ingin diraba lagi satu nama, yang pernah ada di dalam hatinya.
Tanah kelahiran, 30.09.18.
Ahad Koma Berkarya.
Mukhammad Fahmi.