Kau tahu, Angin
Apa yang disesalkan
Pohon-pohon?
Bertemu denganmu.
Sebab engkau datang dan pergi
Hanya membawa kabar
Yang senantiasa kelabu.
Kabar-kabar yang hanya bisa
Didengar para pohon
Dan juga sedikit manusia
Yang pandai membaca alam.
Pohon-pohon bertukar pesan
Dengan sesamanya
Beribu-ribu mil jauhnya.
Mereka tidak menonton televisi
Mendengar radio
Menjamah internet
Apalagi menelanjangi surat kabar.
Tapi mereka membaca
Segala sesuatu
Lewat dirimu, Angin
Yang kau goyangkan
Daun-daunnya.
Mereka mendengar
Dari udaramu
Yang sembunyi-sembunyi
Meliputi kebekuannya.
Kau tahu, Angin
Apa yang paling
Diharapkan pohon?
Meraih tubuhnya.
Membawanya pergi
Melintasi ruang dan waktu
Dan tak akan kau lepaskan.
Lalu kau berkata,
"Sudah, tinggalkan saja akarmu
Kau akan dapat berjalan
Dan berlari
Semakin terbebas tubuhmu
Melayang dan terbang
Sepertiku
Ke mana pun
Kau mau,"
Tapi pohon menjawab,
"Aku tetap tak bisa
Jangan memilihku
Karena takdirmu adalah langit,"
Pohon kini hanya ranting
Tergeletak di ujung harap
Merepih sunyi
Sesal, menyayat hati
Takdirnya adalah tanah.
Langit dan tanah
Bukanlah jarak yang jauh.
Mereka tetap bisa
Saling pandang
Dan berbicara
Tentang kehampaan
Semua.