Qolbun Salim
Oleh: M. Fahmi

Tidak diragukan lagi, bahwa hati dapat berkarat seperti halnya besi. Tidak diragukan lagi, bahwa hati dapat menjadi gersang, segersang padang pasir yang tandus. Tidak diragukan lagi, bahwa hati dapat menjadi beku, sebeku es di daerah kutub. Tidak diragukan lagi, bahwa hati dapat menjadi kotor. Tidak diragukan lagi, bahwa hati itu bisa sakit. Tidak diragukan lagi, bahwa hati itu bisa menjadi batu. Tidak diragukan lagi, bahwa hati ibarat cermin, tempat segala bentuk dan rupa menjadi tampak di dalamnya. Dan, tidak diragukan lagi, bahwa cermin dapat berdebu dan hitam, sehingga ia tak lagi berfungsi sebagai cermin.

Berkaratnya hati disebabkan oleh dua perkara, yakni lalai dan dosa. Keduanya adalah penyakit yang membentuk noktah-noktah hitam di dalam hati. Ketika noktah tersebut semakin bertumpuk, hati menjadi gelap, sehingga bentuk-bentuk kebenaran tidak tergambar di dalamnya sebagaimana adanya. Apabila hati telah menjadi hitam, maka pandangannya menjadi rusak, sehingga ia tidak dapat menerima kebenaran dan tidak dapat mengingkari kebatilan. Ia akan melihat kebatilan dalam bentuk kebenaran dan melihat kebenaran dalam bentuk kebatilan. Segala sesuatu tidak akan tergambar di dalamnya sesuai dengan faktanya. Kegelapan sebenarnya hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima. Di dalam kegelapan, orang tak mengerti jalan dan bagaimana berjalan. Ia akan melangkah dari kegelapan, bersama kegelapan, dan menuju kegelapan. Inilah siksaan hati yang paling berat. Sumber dari semua itu adalah kelalaian dan dosa.
Sesuatu yang dapat membersihkannya juga ada dua perkara, yakni istighfar dan menghadirkan Allah di dalam hati. Setiap kali seseorang membaca istighfar dan berdzikir, maka akan ada cahaya putih di hatinya. Ketika cahaya putih itu semakin banyak, maka hati akan menjadi terang, sehingga jelaslah segala bentuk dan gambar kehidupan. Di dalam cahaya, orang akan mengerti jalan dan bagaimana berjalan. Ia akan melangkah dari cahaya, bersama cahaya, dan menuju cahaya. Mengingat Allah dapat membersihkan segala karat hati, sehingga ia menjadi seperti cermin yang bersih. Orang yang senantiasa mengingat Allah di tengah-tengah orang-orang yang lalai mengingatNya seperti pohon hijau yang berada di tengah-tengah tanaman yang kering dan seperti rumah yang berpenghuni di antara reruntuhan rumah.

Mengingat Allah adalah membebaskan diri dari sikap lalai dan lupa dengan menghadirkan hati secara terus-menerus damai bersamaNya. Mengingat Allah merupakan unsur terpenting dalam perjalanan manusia menuju al-Haq. Bahkan, ia adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut. Tidak ada sesuatu setelah mengingat Allah. Semua perangai mulia dan terpuji akan selalu bermuara kepadanya dan bersumber darinya. Mengingat Allah adalah tiang penopang yang sangat kuat atas jalan menujuNya. Sungguh, ia adalah landasan bagi perjalanan itu sendiri. Tidak seorang pun dapat sampai kepadaNya, kecuali dengan terus-menerus berdzikir kepadaNya. Ada hukuman atas tiap-tiap sesuatu, dan hukuman bagi seorang yang telah sampai kepadaNya adalah terputus dari mengingatNya.

Dengan mengingat Allah, hati manusia akan menjadi bersih dan selamat (qolbun salim), sebab ia merupakan lembaran cahaya penghubung, tanda awal perjalanan yang benar, dan bukti akhir perjalanan menuju Allah. Orang yang hatinya selamat adalah mereka yang gemetar hatinya manakala menerima kebenaran dan sering menangis ketika mendengar nasihat orang bijak. Sebaliknya, orang yang hatinya hitam adalah mereka yang merasa diri paling benar, selalu berburuk-sangka, dan tertawa apabila diberi nasihat.

sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. QS. Al-Anfaal: 2.

dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari (dimana) mereka dibangkitkan,kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa. QS. Asy-Syuaraa: 87, 89-90.

(yaitu) surga ´Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan). QS. Thaahaa: 76.
Diantara indera-indera lahiriah, tidak ada yang lebih mulia daripada mata, maka jangan penuhi semua keinginannya, karena itu akan menyebabkan hati menjadi buta. Tidak ada yang lebih mulia dari telinga, maka jangan penuhi semua keinginannya, karena itu akan menyebabkan hati menjadi tuli. Tidak ada yang lebih mulia dari hati, maka jangan sampai lupa menyiramnya dengan air kebenaran, karena jika tidak, akan menyebabkan hati menjadi gersang.

Sekarang ini, banyak orang yang hatinya gersang, karena mungkin sedang musim kemarau ya, hehe. Malang saja yang dikenal kota hujan dalam dua bulan ini baru sekali turun hujan. Oh, kemarau, segeralah berlalu, agar kebenaran tidak terlanjur kaku menjadi batu! Dengan berbagai perkembangan teknologi, manusia sekarang lebih mengedepankan akal dan rasio daripada hal-hal yang berbau tahayul. Banyak yang tidak memercayai nasihat orang tua, para kyai, dan orang-orang shalih, padahal orang dahulu telah berfikir, menulis, dan mencari kebenaran dengan perjuangan keringat dan darah, hati para ulama terdahulu pun juah lebih bening dan bersih daripada orang-orang zaman sekarang. Tahukah kau? Kekayaan terbesar dalam hidup adalah keyakinan.

Maka temukan Allah dalam diri, dan diri dalam Allah. Carilah kemanisan dalam tiga hal: shalat, dzikir, dan membaca Al-Quran. Kemanisannya dapat ditemukan di sana, atau jika tidak sama sekali, maka ketahuilah bahwa saat itu hati sedang tertutup. Jangan sampai gelap menjadi jalan, karena masing-masing manusia kelak akan sendiri menghadap tuhannya.

Malang, 17.10.2014

Note: Diterbitkan dengan judul yang berbeda, pada buletin Al-Anwar PP. Anwarul Huda Malang:

https://ppanwarulhuda.com/buletin-al-anwar/endapan-belajar/

Do'a (2)
Oleh: M. Fahmi

Begitu besar nian rahmat-Mu, namun begitu buruk kelakuanku. Begitu dekatnya Engkau dariku, namun begitu jauhnya aku dari-Mu. Ya, Allah, dosa telah menutup pandanganku. Mataku rabun meraba dalam gulita jiwaku. Engkau yang lebih mengetahui tentang semua hal dalam diriku. Amalku bukanlah sebuah jaminan. Engkau yang menentukan dalam setiap perjalanan ini. Setiap anggota tubuh ini tunduk, berharap dan bersaksi kepadaMu. Tiada yang lebih terang selain Engkau. Semuanya buram, karena setiap kegaiban memerlukan Irfan. Tiadalah engkau pada jarak kejauhan. Ya Allah, sungguh buta mata bathin ini, karena tiada melihat pengawasanMu.

Selamatkanlah aku dari segala sesuatu yang dapat menjauhkan aku dariMu, dari segala sesuatu yang tak Engkau ridhoi. Bantulah aku agar tidak mencintai dan mencari tempat bersandar abadi kecuali hanya kepadaMu. Ya Allah, bawalah aku mendekati rahmatMu, agar aku segera sampai kepadaMu. Tariklah aku ke dalam karuniaMu, karena aku tak akan pernah sanggup datang menghadapMu, kecuali karena karuniaMu juga.

Tuban, 24.01.2014
M. Fahmi

Kembara Cintaku
Oleh: M. Fahmi

semua--yang saat ini hanya bisa diam--kelak akan bicara pada waktunya
kelak semua akan bicara dan dibicarakan pada waktunya
semua yang terlihat akan melihat
semua yang terdengar akan mendengar
semua yang mati akan hidup
tak ada yang hilang
bahkan mimpi-mimpi sekalipun
semua tercatat dalam sebuah "buku"
semua muncul menjelma dalam wujud nyata
kita adalah semua, semua adalah kita, semua untuk semua
kita adalah satu, satu adalah kita
satu untuk semua, semua untuk satu
sementara Engkau -yang satu- terus bekerja,
merangkai kata dan cerita hingga menjadi untaian sejarah,
di sini jiwaku semakin asing
kugenggam erat-erat janjiMu yang termaktub dalam Al-kitab,
kubawa berlari dalam bayangan kapal nabi Nuh,
di atas lautan manusia
betapapun,
di sini aku selalu berharap
Engkau masih setia menunggu di ujung waktu
sebab hanya Engkaulah akhir dari kembara dan cintaku!

Tuban, 21.01.2014
M. Fahmi

Do'a
Oleh: M. Fahmi

Ilahi,
jadikan aku manusia yang tegar
laksana batu gunung
yang tak lekang diterpa panas dan hujan
jadikan aku manusia kuat seperti batu karang di pantai
yang tak goyah oleh terpaan ombak dan badai lautan
jangan jadikan aku manusia cengeng
yang gara-gara putus cinta menjadi cempreng,
seperti kaleng rombeng
aku percaya,
Engkau lebih suka kepada hambaMu yang kuat
dan membenci kelemahan
Ilahi,
jadikan cintaku yang terbesar hanya kepadaMu!
jadikan pula aku orang yang selalu bisa berdzikir,
bisa bersabar,
bisa mensyukuri segala nikmatMu,
dan tetap bisa beribadah kepada Engkau
jadikan pula aku orang besar;
besar di mata manusia,
tapi tetap kecil di mata Engkau dan kecil di mataku sendiri

Tuban, 20.01.2014
M. Fahmi



Aku Ingin
Oleh: M. Fahmi

aku ingin
hadir apa adanya di dunia ini
sebagaimana keberadaan air, angin, api, dan tanah
yang ikhlas untuk apa mereka hadir
aku ingin
jalani hidup ini seperti air, untuk apa ia mengalir;
seperti angin, untuk apa ia bertiup;
seperti api, untuk apa ia membakar;
atau seperti diamnya tanah yang setia memberi kesuburan pada bumi
aku ingin
hadir, sebagaimana aku yang aku impikan!

Tuban, 20.01.2014
M. Fahmi

Bacalah Air Mataku
Oleh: M. Fahmi

Kekasih
maaf sebelumnya,
telah lancang menulis surat ini padaMu
sebab aku tak tahu lagi harus bagaimana,
selain menceritakan ini semua padaMu
aku yakin,
Kau pun sebetulnya telah mengerti
tapi tak apalah
aku akan menceritakan kerinduanku dengan kata-kata biasa:
Kekasih
sambutlah aku
tataplah mataku
dengarlah suaraku
dengarlah dadaku
namun seperti biasa;
sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan
sekian banyak yang ingin kuadukan diambil alih oleh air mataku
Kekasih
jika itu yang terjadi
bacalah air mataku!

Tuban, 17.01.2014
M. Fahmi

Pintu RahasiaMU
Oleh: M. Fahmi

aku telah mencariMU
ternyata ENGKAU sangat dekat;
tak lebih dari urat leherku
KAU bukakan sedikit pintu rahasiaMU padaku,
adakah aku masih juga ragu?
sekarang katakan,
ke mana lagi aku akan berlari bila seluruh pintu ini sebetulnya milikMU?
rahasiaMU yang ada pada diriku adalah bukti cintaMU atas segala yang ENGKAU cipta
ketiadaanku nanti bukanlah suatu kehampaan yang sia-sia
di sana aku akan menemukan keabadian bersamaMU sehingga tak perlu lagi ada batas di antara KITA

Tuban, 15.01.2014
M. Fahmi

PERNYATAAN (1)
Oleh: M. Fahmi

Kekasih, kugenggam erat-erat firmanMu
kubawa berlari,
berlari
dan berlari..
betapa pun
di sini
aku selalu berharap
Engkau masih setia menunggu
di ujung waktu
sebab, hanya Engkaulah
akhir dari kembara cintaku!....

Malang, 07.05.2014
M. Fahmi


PERNYATAAN (2)

.sementara Engkau selalu berfirman
di dalam hati
di sini, jiwaku semakin luas
akan firmanMu
yang benar nyatanya
Kekasih, hanya firmanMu
yang melahirkan langkahku,
ucapanku, pengawasanku,
pendengaranku, rasaku.

Malang, 08.05.2014
M. Fahmi


PERNYATAAN (3)

.hari demi hari: firmanMu
kini waktuku
mengambil peran
memunguti firmanMu
dalam semesta akbarMu
aku adalah segala kesadaranku
atas firmanMu;
memberanikan diriku
memutuskan segala apa.

Malang, 09.05.2014
M. Fahmi


PERNYATAAN (4)

.dan lagi,
biar bagaimana pun,
apa pun yang terjadi
Engkaulah Kekasih abadi,
Cinta hakiki; tak pernah
lekang diterpa batasan ruang
juga waktu,
tempat bersandarku
selamanya
sebab,
bahagiaku
adalah bersamaMu.

Malang, 20.05.2014
M. Fahmi


PERNYATAAN (5)

.Kekasihku,
segalanya tentangMu,
selalu,
sebab,
memang Engkaulah
segalanya
tak akan ada
yang lain;
mampu goyahkan rasaku.

Surabaya, 23.05.2014
M. Fahmi


PERNYATAAN (6)

.di sini,
nyata terbukti
di depan mata
perjuangan para kekasihMu
tak setengah-setengah;
saling mengukir cinta
untuk dapatkan
kasihMu
lalu masihkah aku ragu?....

Tuban, 23.05.2014
M. Fahmi

Aku dan Puisi-puisiku
Oleh: M. Fahmi

seberapa kuat kata yang hendak merobekku?
pada belantara yang lebih luas, retorika zaman yang semakin ganas
kebebasan logika pemikiran manusia berusaha mengacak-acak imanku
merobohkan islamku, menginjak-injak keyakinanku
berbagai ideologi terbungkus rapi, semakin saja membutakan penglihatanku,
mendungukan telingaku, membekukan rasaku
puisi-puisi yang tak ku kenal begitu lancang menghapus sedikit demi sedikit firman Tuhan
kata-kata yang entah lahir dari peradaban mana berusaha mengganti Ketuhanan yang Maha Kuasa sebagai keuangan yang maha kuasa
lalu filsafat demi filsafat semakin memandang agama sebagi candu

kata, begitu kuat  berkuasa di media
sanggup mengubah dingin menjadi panas, merekayasa kedzaliman menjadi kebaikan, menyulap kebohongan menjadi kebaikan, dan seperti yang lain

di saat lautan manusia berselimut kata
bumi menjadi saksi atas ketidakhadirnya ruh di setiap untai kata
kata terus mengalir biarpun tanpa sukma
puisi-puisi terus saja lahir biarpun tanpa gerak yang nyata

akupun dengan sisa-sia imanku mencoba bertahan
tapi, puisi demi puisi masih saja ku tulis, walau sebenarnya masih ada sekian keraguan yang mendekap
aku pun terbangun dari lelapnya puisi dan kata
lalu seorang kawan yang telah lama ku rindu datang menyembuhkan lukaku
dengan lembut ia bertutur, Kawan, tidakkah kau ingat, bahwa Allah telah memperingatkan para penyair dalam firmanNya?
penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang dungu
tidakkah kau lihat, mereka menenggelamkan diri dalam sembarang lembah khayalan dan kata
dan mereka suka mengajarkan yang tak mereka kerjakan
kecuali mereka yang beriman, beramal baik, banyak mengingat dan menyebut asma Allah, dan melakukan pembelaan ketika didzalimi
begitulah kawanku bertutur
kembali menarik kesadaranku yang telah lama hilang

di balik puisi-puisiku aku terdiam
sejenak, ku lihat puisi-puisiku berserakan di sana-sini
lalu dengan lirih hatiku membisik
“Ilahi, maafkan puisi-puisiku
selamatkanlah aku dari lautan kata-kata
jagalah kata-kataku
selamatkanlah pusi-puisiku”

Malang, 07.02.2014
M. Fahmi



Segenggam Asa
Oleh: M. Fahmi

yakin merayap ragu
hitam-putih menyatu dengan waktu
melalui sekat-sekat rimba
mewujud abu-abu
pagi bungkam seribu bahasa
parade wajah-wajah penuh harap
melayang
tutupi sinar mentari
di sini keangkuhan tunduk
pada ketawaduan
segenggam asa
temani sepi, di hadapannya
mulutpun tak bisa ungkapkan
sebersitpun
karena hati yang lebih jujur
yang akan menyibak tirai nurani
ketika kesempatan
telah berikan waktunya
aku pun sanggup bertemu dengan kesiapan

Jombang, 10 Januari 2012
M. Fahmi