Hamba-Hamba Kesayangan Tuhan |
- By Mukhammad Fahmi
- On November 26, 2018
- By Mukhammad Fahmi
- On November 25, 2018
Usaha Mencintai Diri |
Materi kini sudah kehilangan makna. Kehilangan ruh. Keruh. Dahaga aku dahaga. Tubuhku penuh debu. Semua yang tak lagi penting. Enyahlah dari jiwa. Aku ingin merdeka dari segala belenggu yang fana. Yang tak kekal. Yang tak membersamai.
Memulai lagi menyayangi diri sendiri dengan ketaatan dan keluguan. Betapa, ingin kutempuh lagi jalan sunyi itu. Jalan orang-orang yang suci dan tulus hatinya. Jalan para sufi, orang-orang kesayangan Tuhan. Yang tak lagi khawatir, takut, dan gundah lagi akan materi. Bantu aku kembali. Menemukan jalan sunyi, yang damai itu.
Memulai lagi menyayangi diri sendiri dengan ketaatan dan keluguan. Betapa, ingin kutempuh lagi jalan sunyi itu. Jalan orang-orang yang suci dan tulus hatinya. Jalan para sufi, orang-orang kesayangan Tuhan. Yang tak lagi khawatir, takut, dan gundah lagi akan materi. Bantu aku kembali. Menemukan jalan sunyi, yang damai itu.
Gedongombo, 25.11.2018
#Ahad Koma Berkarya
- By Mukhammad Fahmi
- On November 14, 2018
_Di Sini, Hujan Turun Deras Sekali_
Kabut hanya gugur
Jalan hanya basah
Sedang cahaya datang
Begitu tiba-tiba
Beserta suara keras itu
Membuat segala
Jadi gelap
***
Di beranda doa
Yang tergeletak
Tak bersuara
Menjelma nafas
Yang kuhirup
Sedikit demi sedikit
Hingga serasa sunyi
Melambai-lambaikan tangan
Berulang-ulang
Mengajakku pulang
Jangan menungguku pulang
Jangan terjaga, kasih
Aku tak pulang
Malam ini
Sejauh inderaku
Tak lagi dapat
Pulang
Tapi tidak
Dengan doaku
Dan
Sampaikanlah kasihku
Aku tak dapat pulang
Malam ini
Jangan menungguku
Di batas mimpi
Yang bagai selamanya itu
Ada engkau yang menunggu
Tapi
Kita tak akan sampai
Dan pada akhirnya
Jangan menungguku
Menjaga dan
Terjaga
Di Sini, Hujan Turun Deras Sekali |
Jalan hanya basah
Sedang cahaya datang
Begitu tiba-tiba
Beserta suara keras itu
Membuat segala
Jadi gelap
***
Di beranda doa
Yang tergeletak
Tak bersuara
Menjelma nafas
Yang kuhirup
Sedikit demi sedikit
Hingga serasa sunyi
Melambai-lambaikan tangan
Berulang-ulang
Mengajakku pulang
Jangan menungguku pulang
Jangan terjaga, kasih
Aku tak pulang
Malam ini
Sejauh inderaku
Tak lagi dapat
Pulang
Tapi tidak
Dengan doaku
Dan
Sampaikanlah kasihku
Aku tak dapat pulang
Malam ini
Jangan menungguku
Di batas mimpi
Yang bagai selamanya itu
Ada engkau yang menunggu
Tapi
Kita tak akan sampai
Dan pada akhirnya
Jangan menungguku
Menjaga dan
Terjaga
Rengel, 11.11.18.
#Ahad Koma Berkarya.
Mukhammad Fahmi.
- By Mukhammad Fahmi
- On November 14, 2018
Sedikit Kisah Perihal Angin dan Pohon.
Kau tahu, Angin
Apa yang disesalkan
Pohon-pohon?
Bertemu denganmu.
Sebab engkau datang dan pergi
Hanya membawa kabar
Yang senantiasa kelabu.
Kabar-kabar yang hanya bisa
Didengar para pohon
Dan juga sedikit manusia
Yang pandai membaca alam.
Pohon-pohon bertukar pesan
Dengan sesamanya
Beribu-ribu mil jauhnya.
Mereka tidak menonton televisi
Mendengar radio
Menjamah internet
Apalagi menelanjangi surat kabar.
Tapi mereka membaca
Segala sesuatu
Lewat dirimu, Angin
Yang kau goyangkan
Daun-daunnya.
Mereka mendengar
Dari udaramu
Yang sembunyi-sembunyi
Meliputi kebekuannya.
Kau tahu, Angin
Apa yang paling
Diharapkan pohon?
Meraih tubuhnya.
Membawanya pergi
Melintasi ruang dan waktu
Dan tak akan kau lepaskan.
Lalu kau berkata,
"Sudah, tinggalkan saja akarmu
Kau akan dapat berjalan
Dan berlari
Semakin terbebas tubuhmu
Melayang dan terbang
Sepertiku
Ke mana pun
Kau mau,"
Tapi pohon menjawab,
"Aku tetap tak bisa
Jangan memilihku
Karena takdirmu adalah langit,"
Pohon kini hanya ranting
Tergeletak di ujung harap
Merepih sunyi
Sesal, menyayat hati
Takdirnya adalah tanah.
Langit dan tanah
Bukanlah jarak yang jauh.
Mereka tetap bisa
Saling pandang
Dan berbicara
Tentang kehampaan
Semua.
Kau tahu, Angin
Apa yang disesalkan
Pohon-pohon?
Bertemu denganmu.
Sebab engkau datang dan pergi
Hanya membawa kabar
Yang senantiasa kelabu.
Kabar-kabar yang hanya bisa
Didengar para pohon
Dan juga sedikit manusia
Yang pandai membaca alam.
Pohon-pohon bertukar pesan
Dengan sesamanya
Beribu-ribu mil jauhnya.
Mereka tidak menonton televisi
Mendengar radio
Menjamah internet
Apalagi menelanjangi surat kabar.
Tapi mereka membaca
Segala sesuatu
Lewat dirimu, Angin
Yang kau goyangkan
Daun-daunnya.
Mereka mendengar
Dari udaramu
Yang sembunyi-sembunyi
Meliputi kebekuannya.
Kau tahu, Angin
Apa yang paling
Diharapkan pohon?
Meraih tubuhnya.
Membawanya pergi
Melintasi ruang dan waktu
Dan tak akan kau lepaskan.
Lalu kau berkata,
"Sudah, tinggalkan saja akarmu
Kau akan dapat berjalan
Dan berlari
Semakin terbebas tubuhmu
Melayang dan terbang
Sepertiku
Ke mana pun
Kau mau,"
Tapi pohon menjawab,
"Aku tetap tak bisa
Jangan memilihku
Karena takdirmu adalah langit,"
Pohon kini hanya ranting
Tergeletak di ujung harap
Merepih sunyi
Sesal, menyayat hati
Takdirnya adalah tanah.
Langit dan tanah
Bukanlah jarak yang jauh.
Mereka tetap bisa
Saling pandang
Dan berbicara
Tentang kehampaan
Semua.
Semanding, 04.11.18.
#Ahad Koma Berkarya.
Mukhammad Fahmi.
- By Mukhammad Fahmi
- On November 13, 2018
Kita selalu jatuh hati dengan hal-hal sederhana yang membahagiakan.
Di sepanjang taman
hanya ditumbuhi
daun-daun putri malu.
Rasa tak terkata
pada setiap halaman
percakapan.
Dingin sejauh kenal
mencoba mengusir,
tapi kami tetap saja
di sana.
Seakan-akan
kami tak peduli
pada semua
yang berharga.
Hingga waktu berkejaran
mendekatkan wajahnya
pada kami.
Tuhan, kenapa Engkau
menciptakan kehidupan
begitu indahnya.
Di sepanjang taman
hanya ditumbuhi
daun-daun putri malu.
Rasa tak terkata
pada setiap halaman
percakapan.
Dingin sejauh kenal
mencoba mengusir,
tapi kami tetap saja
di sana.
Seakan-akan
kami tak peduli
pada semua
yang berharga.
Hingga waktu berkejaran
mendekatkan wajahnya
pada kami.
Tuhan, kenapa Engkau
menciptakan kehidupan
begitu indahnya.
Semanding, 28.10.18
#Ahad Koma Berkarya.
Mukhammad Fahmi.