Merawat Amal Kecil yang Baik



Dulu. Dulu sekali. Kita, sedikit-sedikit sering melakukan amalan-amalan kecil. Seperti membaca doa sehari-hari. Doa masuk dan keluar masjid, doa ketika bersin, doa sebelum tidur dan bangun tidur, doa masuk dan keluar dari kamar mandi, doa sebelum dan sesudah makan, doa bepergian dan naik kendaraan, dan doa sehari-hari lainnya. Amalan-amalan kecil yang dahulu sering kita lakukan sehari-hari, tapi mungkin sekarang sudah mulai terlupakan dan terabaikan. Nastaghfirulloh. Saya pikir ini hanya masalah pembiasaan saja. Jika kita sudah terbiasa maka akan ingat secara otomatis.

Seberapa tidak pentingkah amalan-amalan tersebut? Bukankah doa sehari-hari itu juga penting? Orang-orang zaman sekarang ini lebih suka menyeplos bid'ah-bid'ah dan kafir-kafir saja tanpa melihat sisi kebaikannya, tanpa mengerti bahwa hal itu adalah bi'dah hasanah. Padahal doa sendiri ibarat pedang seseorang muslim untuk mengusir setan-setan yang mencoba untuk menjajah keimanan manusia. Kalau tidak dengan doa dengan apalagi kita bisa melawan.

Sekarang ini sudah jarang sekali orang yang berbicara soal setan. Lebih suka berbicara apa yang viral di hari ini dari pada membicarakan musuh bebuyutan manusia ini yang dianggap kelewat takhayul. Setan seolah sudah menjadi barang kadaluwarsa yang tak butuh lagi untuk dibicarakan atau terkadang setan menjelma menjadi barang lucu, yang setiap orang mudah sekali tertawa begitu mendengar namanya. Zaman telah benar-benar terbalik. Padahal ialah musuh sejati seorang anak manusia di muka bumi ini setiap sekonnya, yang tak kasat mata, padahal ia senantiasa menjelungupkan manusia ke jurang yang mahakelam, entah dari arah depan, kiri, kanan, belakang, bahkan atas, bawah, dan di dalam diri manusia itu sendiri. Anehnya manusia banyak yang tidak menyadari, bahwa mereka, para setan-setan itu benar-benar ada. Setiap seorang anak manusia lahir di bumi, maka lahir pula satu setan. Bedanya, manusia bisa mati, tapi setan tetap hidup sampai hari kiamat. Sehingga semakin mendekati hari akhir, semakin banyak pula setan-setan itu, semakin sesak bumi oleh setan di sana-sini.

Jika saja orang tahu, alangkah indah arti dari semua doa-doa itu. Imam Al-Ghazali adalah ulama besar, hujjatul Islam, ahli tasawuf, karya dan tulisannya dipakai rujukan oleh banyak ulama. Beliau senantiasa mengamalkan doa-doa sehari-hari. Salah satunya adalah doa-doa yang dibaca ketika berwudhu. Sepele memang kelihatannya, tapi inilah esensi kehidupan.

Di dalam setiap gerakan wudhu, mempunyai bacaan doa-doa tersendiri, dari doa ketika melihat air, doa ketika berkumur, doa ketika membersihkan lubang hidung, doa ketika membasuh wajah, doa ketika membasuh tangan kanan dan kiri, sampai doa pada saat membasuh kaki.

Di dalam hadis imam Muslim dan imam Bukhari juga di riwayatkan bahwa Rasulullah Saw, pada saat berwudhu beliau juga membaca doa di setiap gerakan wudhu, dengan membaguskan di setiap gerakan wudhunya.

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhunya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai kuku jari-jemarinya," (HR. Muslim).

Doa-doa yang dibaca ketika berwudhu ini diajarkan oleh imam Al-Ghazali. Doa-doa itu bisa ditemukan di kitab-kitab fiqh, seperti  al-mabadi' al-fiqhiyyah juz satu, dan lain sebagainya. Sungguh, suwer, betapa indah arti dari doa-doa itu jika orang mengetahuinya.

Berikut saya perinci satu demi satu, kalimat demi kalimat, agar kita menjadi lebih tertarik untuk mengamalkannya.

Ketika melihat air,  "alhamdu lillahilladzi ja'alal ma'an thohuron," segala puji hanyalah bagi Allah yang telah menjadikan air suci lagi mensucikan.

Ketika membasuh telapak tangan,
"allohummahfadz yadi min ma'asyika kulliha," ya Allah jagalah kedua tanganku dari semua perbuatan maksiat kepada-Mu.

Saat berkumur, "allohumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika," ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir dan bersyukur kepada-Mu dan selalu memperbaiki ibadah kepada-Mu.

Ketika menghirup air ke hidung, "allohumma arihni roihatal jannah wa anta annii rodliin," ya Allah berikanlah aku penciuman wewangian aroma surga kelak, dan Engkau terhadap diriku yang selalu meridhoi.

Kemudian membasuh wajah disertai dengan niat berwudhu dengan lisan (sunah) dan dalam hati (wajib), "nawaitul wudhu-a lirof'il hadatsil ashghori fardhon lillaahi ta'aalaa," saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadas (kejadian) kecil fardu (wajib) karena Allah ta'ala.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa membasuh wajah, "allohumma bayyidh wajhiy yauma tabyadhdhu wujuuhu wa taswaddu wujuuh," ya Allah putihkanlah wajahku pada hari menjadi putih berseri wajah-wajah orang yang beriman dan menjadi hitam legam wajah-wajah orang kafir.

Ketika membasuh tangan kanan, "allohumma a'thini kitabi biyamini wa hasibni hisaban yasiro," ya Allah berikanlah kepadaku, catatan amalku dari tangan kananku dan hisablah aku dengan perhitungan yang ringan.

Ketika membasuh tangan kiri, "allohumma laa tu'thini kitabi bisyimali wa laa min waro'i dzohrih," ya Allah jangan Engkau berikan kepadaku, catatan amalku dari tangan kiriku atau dari belakang punggungku.

Ketika mengusap rambut kepala, "allohumma harrim sya'ri wa basyari 'alannar," ya Allah haramkanlah rambutku dan kulitku atas api neraka.

Ketika membasuh kedua telinga, "allohummaj'alni minalladzina yastami'unal qoula fayattabi'una ahsanah," ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan nasehat dan mengikuti sesuatu yang terbaik.

Ketika membasuh kaki, "allohumma tsabbit qodamii 'alash syirothi yauma tazillu fiihil aqdam," ya Allah, mantapkanlah kedua kakiku di atas titian (shirothol mustaqim) pada hari dimana banyak kaki-kaki yang tergelincir.

Kemudian setelah berwudhu, "asyhadu an laa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh, alloohummaj’alnii minat tawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriin, waj'alnii min 'ibaadikash shoolihiin," aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku dalam golongan orang-orang yang bersuci, dan jadikanlah aku dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.

Demikianlah bacaan doa-doa membasuh anggota dalam wudhu yang sangat jarang sekali diamalkan oleh kebanyakan orang. Semoga doa tersebut bisa bermanfaat bagi kita semua. Yang mengamalkan doa-doa kecil itu adalah para ulama-ulama besar. Sedangkan ulama-ulama kecil yang bermunculan akhir-akhir ini tidak mau mengamalkannya. So, kita ikut ulama besar apa ulama kecil?

Apalah arti sebuah gunung tanpa adanya kumpulan kerikil, pasir, dan tanah yang banyak? Apalah arti sebuah amal besar tanpa dilandasi oleh amalan-amalan kecil yang dilakukan secara istiqamah? Istiqamah katanya, itu lebih baik dari seribu karomah.

Seseorang bisa jatuh karena batu yang kecil, bukan batu yang besar. Batu yang besar sudah jelas terlihat di depan mata sehingga kita bisa dengan mudah menghindarinya. Tapi batu kecil, kalau tidak awas kita akan tersandung, dan akhirnya tersungkur jatuh.

Seseorang bisa diangkat derajatnya karena amalan yang kecil pula. Ada seorang pelacur yang dosanya sudah menjadi gunung. Tapi di akhir hayatnya ia diampuni dosa-dosanya karena memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan.

Semua berkat kemahakasihnya Allah. Atas kuasa dan ketetapan-Nya. Allah memilih siapa-siapa yang dikehendaki-Nya diangkat ataupun dijatuhkan. Allah melihat hati, ketulusan, dan cinta, bukan amal besar yang tidak istiqamah, karena hanya butuh pada saat itu saja.

Istiqamah itu luar biasa sekali. Istiqamah dalam melakukan dan mengumpulkan kebaikan-kebaikan yang kecil sekalipun. Istiqamah itu akan melahirkan cinta dan keikhlasan. Istiqamah mencintai Allah dan juga mencintaimu. Mencintai kalian semua. ;)

Kota Rindu, 21.07.2018
Bumi Damai PPAH.
Omah Sinau Koma.
Mukhammad Fahmi.