Semalam, Rembulan Redup Sekali |
Semalam rembulan datang
Dengan rindu yang terpendam
Sedalam diam
Yang menggantung
Di ranting-ranting malam
Paling purba
Sedalam diam
Yang menggantung
Di ranting-ranting malam
Paling purba
Rindu baginya seperti labirin malam
Yang memisahkannya denganmu
Dibanding kepergian senja,
Engkau jauh lebih sunyi
Bagaimana berpamitan
Engkau jauh lebih sunyi
Bagaimana berpamitan
Ia sangat hafal kapan engkau pergi
Adalah kebisuan rembulan
Yang menjadikannya
Semakin kekurangan cahaya
Yang menjadikannya
Semakin kekurangan cahaya
Redup cahayanya
Seperti kunang-kunang
Yang mencoba mencarimu:
Di langit mana kau berada?
Ia tak mau kehilangan
Seperti kunang-kunang
Yang mencoba mencarimu:
Di langit mana kau berada?
Ia tak mau kehilangan
Sampai kesunyian itu benar-benar lesup
Dibacanya alfatihah pelan-pelan,
Berulang-ulang
Agar tak ada angin, juga suara
Dibacanya alfatihah pelan-pelan,
Berulang-ulang
Agar tak ada angin, juga suara
Yang membangunkan langit
Diam-diam ia menjelma kesedihan yang basah:
Ia tak mungkin lagi bisa
Menyimpan rahasia hati
Ia selalu setia mencuci rindunya
Dengan air mata
Merapikan seluruh cintanya
Tanpa ada sesal di hati
Dengan air mata
Merapikan seluruh cintanya
Tanpa ada sesal di hati
Rembulan tak pernah salah
Hanya kenangan yang kadang
Membuatnya redup
Hanya kenangan yang kadang
Membuatnya redup
Dan basah
Omah Sinau Koma, 31.03.2019.
Mukhammad Fahmi.